TERIAKAN
Kami adalah sekawanan anak-anak yang
berlompatan diatas permadani musim semi. Bunga-bunga tak mengeluh terbajak
oleh kaki-kaki mungil kami. tiba-tiba disekitar rerumputan ada seekor anak
burung cantik yang gagap mencuri pandang ke arah kami. Kami berlarian di
belakangnya, bernyanyi-nyanyi dan bersiul-siul. Kami hampir memegangnya hingga
dia terbang tinggi, membuat kami yang mungil bangkit dan terpacu. Kami
menyusuri hamparan bunga-bunga, jembatan sungai, padang berbatu, sampai
akhirnya kami masuk ke sebuah padang pasir, hingga akhirnya kami kehilangan
jejaknya. Kami mencarinya sampai puncak-puncak gunung, memangil-mangilnya
sampai akhirnya kami menemukannya. Ia sedang melewati sebuah duri, namun ada
seekor ular bintik-bintik yang sedang menjulurkan lidah membuka mulut ke
arahnya..maka serentak kami berteriak..berteriak dan berteriak.
Hari-hari dari umur kami terus berlalu semakin mendesak kematian, kami
masih berteriak disebabkan ular bintik-bintik. Kami terlupa terhadap ular yang
sebenarnya, yaitu ular di dalam liang lahat.
HARI DIMANA SETAN MENANGIS
Selama 50 tahun, Abdullah melewati tonggak abad dua puluh, namun pada
suatu malam dia beralih menuju tonggak abad dua puluh satu. Dia tidak melihat
sepanjang hidup yang telah ia lewati, namun dia masih melewati abad itu
seyogyanya sebuah tonggak. Dia heran terhadap apa yang telah dia lihat malam
itu. Benar, bahwasannya dia telah melihat banyak manusia menangis hingga tak
dapat berkata-kata, meratap karena kehilangan harta, keluarga, anak, teman dan
kebebasan. Sebagaimana dia telah melihat banyak manusia lain menangis karena
berbagai sebab yang tidak jelas. Suatu kali dia menyaksikan seorang pembesar
yang memiliki tanggung jawab menangis karena rakyatnya meninggalkannya. Dan dia melihat seorang wanita
yang memiliki pakaian yang terbuat dari kulit binatang yang tebal, namun
matanya dan mata anjingnya bercucuran air mata disebabkan ketidak sanggupannya
mencegah sengketa hotel bintang lima di suatu malam di penghujung tahun.
Sebagaimana dia menyaksikan seorang pemuda yang memiliki cincin, gelang dan
kalung menangis sembari membakar dan mengancaman untuk bunuh diri, disebabkan
orang tuanya tidak membelikannya anjing jenis Cihua-hua tapi malah
membelikannya anjing jenis lainya.
Dia melihat seorang penyair meratap dan mencaci maki dunia karena
kosidahnya tidak mengerakkan angin pujian berupa kedudukan, harta ataupun
santapan malam. Dia melihat dengan mata kepalanya seorang pegawai menangis
karena pimpinan daerahnya dicekal karena tindak korupsi. berhadapan dengan
banyak mahluk yang menangis pada hari ini, Semuanya tampak biasa bagi Abdullah.
Ini terjadi pada malam itu, malam yang memberi kekuasaan pada telapak
kaki, akal dan betisnya menuju taman kekayaan, terjatuh dalam dekapan kehidupan
kota paling maju. setelah dia duduk, dia
merenungkan air, tumbuh-tumbuhan dan wajah keindahan. Angin sepoi-sepoi yang
membius sungguh-sungguh mempermainkannya sampai suara keras penjaga yang
memerintahkannya untuk pergi meninggalkan taman karena sudah waktunya ditutup
membuyarkannya.
Dia tidak ingin memperkeruh pergaulannya dengan kembali ke kampungnya
yang berkubang dengan kemiskinan, sampah, lumpur dan anak-anak. Dia berjalan di
jalan-jalan yang asri dengan dibanjiri perasaan aneh. Tiba-tiba matanya
menampar pancaran cahaya yang membanjiri istana. mendatangi puluhan mobil besar
yang di sekitarnya terdengar nyanyian-nyanyian dan musik-musik kemenangan. Maka
dia bersembunyi di belakang sebuah pohon kering. Matanya menikmati pemandangan
yang tersasar pada para penanggung jawab
istana, burung-burung Nasar, dada-dada telanjang, paha-paha, kilauan-kilauan
cahaya dan mobil-mobil. Tiba-tiba dia merasakan ada bau yang menyengat, sangat
dekat, yang menyobek-nyobek hidungnya. Bau seperti pelacur gemuk dengan
parfum-parfum kebesaran. Dia melongok ke belakang tubuhnya, pandangan setan
yang diidentikkan dengan tanduk, wajah yang menyerupai macan dan berambut
panjang membuatnya bagaikan disambar petir:
“ Jangan lari dariku, aku mohon padamu!”
“Setan memohon dengan sepenuh hati, air matanya bercucuran dari
matanya”.
“Bukankah kamu setan?”
“Benar, aku lah yang yang setiap detik mereka laknat”.
“ Apa yang membuatmu menangis?”
“Aku akan menceritakan semua padamu.. pertama-tama apakah kamu mengenal
pemilik istana ini?”
“Sepertinya tidak”
Tidak masalah..namanya sekarang Afifi Bik..Aku mengenalnya sudah 20
tahun sejak masa kanak-kanaknya yang menempel di kota bagaikan kera yang
memakai kulit kambing yang kurus..mereka memanggilnya dengan Afif al-Khafif..
aku menghias jiwanya dengan kecerdasan iblis kecerdasan penuh dengan keinginan.
Dia melakukan segala pekerjaan yang menyenangkanku: mencuri, menculik,
mencopet, berjudi dan melakukan tipu daya.. tetapi semua itu adalah pekerjaan
yang biasa tidak terlihat berambisi. Pada suatu hari aku menunggunya di depan
pintu penjara dimana dia mendekam di dalamnya
selama 6 bulan karena mencuri sajadah dari sebuah masjid. Aku
mengikutinya dan menggodanya: “ aku mengajakmu meninggalkan semua pekerjaan
kekanak-kanakan ini wahai Afif, dengarkan aku baik-baik”. Aku melihatnya
mendengarkanku dengan seksama mengikuti bisikan-bisikanku kepadanya seyogyanya
orang yang terbuai cinta dan kerinduan: “ Jika kamu menginginkan untuk sampai
pada apa yang kamu inginkan maka kamu harus melakukan apa yang aku inginkan”. Maka
dia bertanya padaku dengan rasa penasaran: “ Apa yang kau inginkan untuk aku
lakukan sekarang?” Maka aku menjawabnya: “ Mulailah dengan perdagangan rokok
selundupan”. Dia kembali bertanya kepadaku dengan sikap tolol: ” Dari mana aku
mendapatkan uang? ”. Sepontan aku tertawa dengan nada mengejek karena kebodohan
tingkahnya: “ Hai orang dungu! Perhiasan-perhiasan saudara perempuanmu yang
sudah bersuami
menantimu, dan kamu mengetahui tempat
dimana saat dia mandi atau dia pergi untuk berkerja..! dengan cepat aku
menumpahkan ide padanya, pada malam hari, harga perhiasan-perhiasan di
kantongnya dan tidak berarti meninggalkan saudara perempuanmu padaku yang
memperoleh tetapi aku akan menyempurnakan untukmu kisah pemilik istana ini
hingga akhirnya kamu mengetahui kira-kira apa yang menarik kepatuhannya
padaku.. maka dari uang yang biasa mereka sebut berangkat dari haram..Awalnya
bagian buah ceri..kepada kotak maka berkotak-kotak pada peti-peti muatan kecil
maka menimpa dan tertimpah. Dan ketika gudangnya menjadi sempit dengan harta
aku menasihatinya dengan kejujuran iblis, dan aku berkata: “ Wahai Afif kamu harus
meningkatkan keadaan dengan berdagang yang keuntungannya lebih tinggi dan lebih
cepat. Seperti menenggelamkan diri dalam perdaganggan yang dilarang dengan cara
mengurangi timbangan dan memahalkan harganya. “ ketika tiba-tiba dia membaca
sebuah surat kabar aktual bahwasanya seorang pemuda pecandu mati dan mereka menuduh
dan menerka-nerka pembunuhnya adalah para pedagang obat bius..aku cepat-cepat
berbisik padanya: “ janganlah kamu bimbang dengan berita ini, itu adalah berita
yang dibuat-buat dan mereka seharusnya berterima kasih padamu karena dengan
obat bius itu kamu telah memberikan petunjuk pada mereka, kamu telah membuat
mereka lupa akan penderitaannya dan membawa mereka pada dunia mimpi dan
bintang-gumintang. seseorang tidak mati kecuali pada waktunya dan ini sudah
menjadi takdirnya..dan kamu bukanlah satu-satunya penghimpun obat bius”. Maka
dia menjadi tenang dengan penjelasan ini dan kemudia dia melupakan semua
ketololan perasaannya. Kedinginannya saat berdagang obat bius sangat membuatku
terheran-heran. Dia berdagangan dengan menggunakan mata uang yang sulit namun
dia dapat menyedot Yuro, Yen dan Dolar. Dia menangani perdagangan sampai ke
negara-negara tujuan dengan aman. Setelah uang-uang di tangannya hilang dan
berubah menjadi buku-buku neraca, cek-cek, kartu-kartu kredit, saham-saham dan
obligasi.. aku berbisik di telinganya: “Wahai Afif”. Di depan wajahku seolah
berteriak untuk pertama kalinya larangan: “Afif
Bik jika kamu berkenan! “
Afif, sudah saatnya bagimu untuk melakukan pencucian uang, sebagaimana
orang-orang bermulut besar sering katakan
dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik sebagaimana para penguasa.
“.Maka dia bertanya kepadaku:” Apa pendapatmu tentang kantor ekspor impor?!”
Aku menjawabnya tanpa berpikir: “ini pendapat
dan rencana yang bagus”. Afif beralih menjadi pedagang internasional dia
mengkreditkan seribu kreditor dan dia berpindah bagaikan lalat yang cekatan
antara Malaysia, Cina, Korea dan Taiwan..dia juga adalah penarik limbah
terbanyak untuk negara ….. Maka aku meninggalkannya selama beberapa tahun
setelah dia mapan dengan pekerjaannya yang aku perbolehkan untuk dia lakukan.
Tetapi suatu saat ketika aku mengunjunginya, aku melihat sekilas neraka hasad
di kedua matanya dan ketika aku bertanya kepadanya tentang sebabnya, dia
menjawab: “ Apakah kamu heran orang berdesak-desakan di mobil arakanku,
bertanggung jawab untuk menghilangkan problem-problem hidup mereka dan
mobil-mobil mengikutinya dan banyak laki-laki, anak-anak dan nyonya-nyonya
melambai padanya dia tidak memiliki keluarga mereka mengangkatnya sebagai raja
dan berharap memperoleh izinku tapi dia belum mendapatkannya.” Maka aku berbaik
hati mau bertaruh dengannya dan aku berkata padanya: “ kau memiliki hak sudah
tiba saatnya supaya kamu bertahan dg menjadi seorang raja dengan kedudukan dan
kekuasaan dan selama kamu memiliki kekayaan ini maka tidak akan ada yang bisa
menghentikanmu”. Dia berterima kasih atas nasihatku dan menggenggamku dengan
genggaman yang penuh cinta. Dia mencalonkan dirinya untuk pertama kali di dewan
dan aku menunjukkannya bagaimana cara menipu orang-orang. Maka dia memulai
dengan membantu orang-orang yang teraniaya..penggiat bagi orang-orang tertimpa
musibah..tertampar pipinya untuk para pengangguran..menyobek-nyobek bajunya
untuk orang-orang terusir..pembebas kaum miskin..penyeru untuk menolong agama..
Penghimpun khabar-kabar tentang Palestina..pemilu berakhir dia melahap
perolehan suara paling tinggi..dan beginilah dia sekarang sebagaimana yang
kamu lihat sedang merayakan kemenangan
agungnya di istananya.
Setan terdiam dan air matanya mengalir terus menerus dari mata
pendustanya dan ekornya digoyangkan membengkok karena susah dan marah. Abdullah
mengumpulkan beberapa keberaniannya dengan segenap tenaga dan berkata dengan
terbata-bata:
-Kamu salah wahai tuan setan..Harusnya kamu sekarang bahagia karena
keinginanmu telah tercapai, jangan bersedih.
Setan menampar wajahnya dan meninggikan kedua tanduknya dan berteriak:
Bahagia..?!..Apakah kamu tidak melihat apa yang ditulis malaikat
Nakir di atas pintu istana?!..lihatlah
apa yang dia tulis..(Hadza min fadhli Rabbi) kemudian setan hendak
menangis dan dan Abdullah mengikutinya dengan tertampar dan lemas.
DIALOG ANTARA TUAN DAN HAMBA
Langkah-langkahmu sembrono pelayan..berhati-hatilah agar tidak
tergelincir dan menghancurkan piring-piring kristal dan merusak makanan-makanan
dan permadani-permadaniku.
-Hamba mohon maaf yang mulia..Saya berjanji pada anda akan menjadi
pelayan yang setia untuk melayani anda.
-Tuangkan ini pelayan.
-Baik yang mulia.
-Kedua tanganmu gemetar
pelayan..hati-hatilah agar tidak mengotori makanan dan taplak meja.
-Setiap makhluk gemetar di depan kemulyaan yang mulia.
-Aku memanggilmu 2 kali ketika aku bangun tidur, apakah kau tak
mendengarku?
-Hamba berada di dapur sedang menyalakan kompor yang mulia.
-Tidak, tidak pendengaranmulah yang telah lemah pelayan.
-Ya, yang mulia hamba akan lebih mendengarkan perintah-perintah anda.
-Wajahmu pucat seperti wajahnya mayat pelayan.
-Wajah hamba pucat karena sangat takut pada anda yang mulia.
-Tadi malam batukmu membuatku gelisah sepanjang malam.
-Anda benar yang mulia, dada saya sesak karena menghemat tambahan udara
bersih untukmu.
-Ayo ambil sisa-sisa makanan dan pergilah..tunggu..mungkin kamu bisa
memakannya.
-Terima kasih yang mulia..
-Berhenti!
-Apakah ada perintah yang mulia?
-Kesetiaanmu belum membatku ridho wahai pelayan.
-Seandainya hamba bisa lebih setia, namun dada hamba telah kering
sepanjang setia pada anda yang mulia.
-Umurmu sekarang 74 tahun pelayan.
-Tidak, tetapi 75 tahun yang mulia.
-Bagaimana itu?
-Keluarga hamba telah menjanjikan hamba untuk melayani anda sejak hamba
berupa janin di perut ibu hamba yang mulia.
-Pergilah
-Baik yang mulia.
-Berhentilah, jangan menyuguhkan makanan padaku lagi setelah ini.
-Kenapa yang mulia?
-Aku telah dihadiyai pelayan kecil, ucapkanlah mabruk!
-Mabruk yang mulia.
-Pada pagi hari berikutnya, pelayan kecil berbisik di telinga tuannya
memberi kabar padanya bahwa ada pelayan yang tubuhnya kedinginan. Maka si tuan
bertanya sambil menyeruput kopi paginya.
-Apakah ada tanda-tanda kerelaan dan penerimaan tergambar pada wajahnya
atau tanda-tanda kemarahan dan kesedihan?
-Tanda-tanda kemarahan dan kesedihan yang mulia.
-Terkutuklah orang-orang miskin yang kurang bisa menepati janji-janji
mereka.
MOBIL TATA KRAMA
Pameran mobil menyilaukan akal dengan cahayanya dan menjadikan
kerongkongan tersedak dengan sinarnya. Dua orang guru yang duduk bersama
menghentikan pembicaraan mereka tentang mata pencarian, berbagai macam penyakit
dan para pemimpin yang berusaha melupakan mereka yang sakit dan mati. kemudian
keduanya bersandar pada dua tongkat mereka. Keduanya bersama orang-orang
bingung bersemangat memandang mobil-mobil yang bersinar. Memecah kedekatan
mereka melenyapkan kebingungan dengan saling membanggakan idolanya:
-Jangan membantah, mobil-mobil Amerika adalah yang paling mengagumkan!
-Tetapi mobil-mobil Eropa yang paling menjamur.
- Jepang lebih bagus
-Timur yang paling jelek.
-Aku tidak membeli mobil timur dengan 1000 Lira
-Tapi kamu tidak memiliki 1000 Lira
Orang-oarang yang binggung berteriak sambil tertawa terpingkal-pingkal
mengapokkan sampai meneteskan air mata.
Guru pertama menyandarkan tubuhnya setengah lumpuh pada kakinya yang
kiri kemudian memberi isarat pada tongkatnya pada nama pemilik pameran “Bisam
Syatir” dan bertanya pada temannya yang menunjuk kesakitan pada litut kananya:
-Apa kamu tidak ingat nama ini?!
-Kita berdua ikut serta dalam memberikan suara agar dia dikeluarkan dari
sekolah.
-Ini adalah hukuman paling ringan bagi orang yang membongkar lemari soal
ujian.
-Tetapi bagaimana dia bisa menghasilkan kekayaan yang melimpah ini?!
Guru pertama menyandarkan tubuhnya setengah lumpuh pada kakinya yang
kanan dan menunjukkan sebuah kata-kata bijak yang disandarkan untuk Bisam
Syatir di atas tembok di atas mobil yang paling mewah di pamerannya:
“Pemilik Kerajaan Jika memberi maka janganlah bertanya tentang sebabnya
Karena sesungguhnya Allah memberi pada siapa saja yang dikehendakinya
maka berhentilah menghukumi tata krama”
Kedua guru terdiam lega
Tidak ada komentar:
Posting Komentar