Kamis, 15 Maret 2012



TERIAKAN
Kami adalah sekawanan anak-anak yang  berlompatan diatas permadani musim semi. Bunga-bunga tak mengeluh terbajak oleh kaki-kaki mungil kami. tiba-tiba disekitar rerumputan ada seekor anak burung cantik yang gagap mencuri pandang ke arah kami. Kami berlarian di belakangnya, bernyanyi-nyanyi dan bersiul-siul. Kami hampir memegangnya hingga dia terbang tinggi, membuat kami yang mungil bangkit dan terpacu. Kami menyusuri hamparan bunga-bunga, jembatan sungai, padang berbatu, sampai akhirnya kami masuk ke sebuah padang pasir, hingga akhirnya kami kehilangan jejaknya. Kami mencarinya sampai puncak-puncak gunung, memangil-mangilnya sampai akhirnya kami menemukannya. Ia sedang melewati sebuah duri, namun ada seekor ular bintik-bintik yang sedang menjulurkan lidah membuka mulut ke arahnya..maka serentak kami berteriak..berteriak dan berteriak.

Hari-hari dari umur kami terus berlalu semakin mendesak kematian, kami masih berteriak disebabkan ular bintik-bintik. Kami terlupa terhadap ular yang sebenarnya, yaitu ular di dalam liang lahat.

HARI DIMANA SETAN MENANGIS
Selama 50 tahun, Abdullah melewati tonggak abad dua puluh, namun pada suatu malam dia beralih menuju tonggak abad dua puluh satu. Dia tidak melihat sepanjang hidup yang telah ia lewati, namun dia masih melewati abad itu seyogyanya sebuah tonggak. Dia heran terhadap apa yang telah dia lihat malam itu. Benar, bahwasannya dia telah melihat banyak manusia menangis hingga tak dapat berkata-kata, meratap karena kehilangan harta, keluarga, anak, teman dan kebebasan. Sebagaimana dia telah melihat banyak manusia lain menangis karena berbagai sebab yang tidak jelas. Suatu kali dia menyaksikan seorang pembesar yang memiliki tanggung jawab menangis karena rakyatnya meninggalkannya.  Dan dia melihat seorang wanita yang memiliki pakaian yang terbuat dari kulit binatang yang tebal, namun matanya dan mata anjingnya bercucuran air mata disebabkan ketidak sanggupannya mencegah sengketa hotel bintang lima di suatu malam di penghujung tahun. Sebagaimana dia menyaksikan seorang pemuda yang memiliki cincin, gelang dan kalung menangis sembari membakar dan mengancaman untuk bunuh diri, disebabkan orang tuanya tidak membelikannya anjing jenis Cihua-hua tapi malah membelikannya anjing jenis lainya.
Dia melihat seorang penyair meratap dan mencaci maki dunia karena kosidahnya tidak mengerakkan angin pujian berupa kedudukan, harta ataupun santapan malam. Dia melihat dengan mata kepalanya seorang pegawai menangis karena pimpinan daerahnya dicekal karena tindak korupsi. berhadapan dengan banyak mahluk yang menangis pada hari ini, Semuanya tampak biasa bagi Abdullah.

Ini terjadi pada malam itu, malam yang memberi kekuasaan pada telapak kaki, akal dan betisnya menuju taman kekayaan, terjatuh dalam dekapan kehidupan kota paling maju.  setelah dia duduk, dia merenungkan air, tumbuh-tumbuhan dan wajah keindahan. Angin sepoi-sepoi yang membius sungguh-sungguh mempermainkannya sampai suara keras penjaga yang memerintahkannya untuk pergi meninggalkan taman karena sudah waktunya ditutup membuyarkannya.    

Dia tidak ingin memperkeruh pergaulannya dengan kembali ke kampungnya yang berkubang dengan kemiskinan, sampah, lumpur dan anak-anak. Dia berjalan di jalan-jalan yang asri dengan dibanjiri perasaan aneh. Tiba-tiba matanya menampar pancaran cahaya yang membanjiri istana. mendatangi puluhan mobil besar yang di sekitarnya terdengar nyanyian-nyanyian dan musik-musik kemenangan. Maka dia bersembunyi di belakang sebuah pohon kering. Matanya menikmati pemandangan yang tersasar pada para penanggung  jawab istana, burung-burung Nasar, dada-dada telanjang, paha-paha, kilauan-kilauan cahaya dan mobil-mobil. Tiba-tiba dia merasakan ada bau yang menyengat, sangat dekat, yang menyobek-nyobek hidungnya. Bau seperti pelacur gemuk dengan parfum-parfum kebesaran. Dia melongok ke belakang tubuhnya, pandangan setan yang diidentikkan dengan tanduk, wajah yang menyerupai macan dan berambut panjang membuatnya bagaikan disambar petir:
“ Jangan lari dariku, aku mohon padamu!”
“Setan memohon dengan sepenuh hati, air matanya bercucuran dari matanya”.
“Bukankah kamu setan?”
“Benar, aku lah yang yang setiap detik mereka laknat”.
“ Apa yang membuatmu menangis?”
“Aku akan menceritakan semua padamu.. pertama-tama apakah kamu mengenal pemilik istana ini?”
“Sepertinya tidak”
Tidak masalah..namanya sekarang Afifi Bik..Aku mengenalnya sudah 20 tahun sejak masa kanak-kanaknya yang menempel di kota bagaikan kera yang memakai kulit kambing yang kurus..mereka memanggilnya dengan Afif al-Khafif.. aku menghias jiwanya dengan kecerdasan iblis kecerdasan penuh dengan keinginan. Dia melakukan segala pekerjaan yang menyenangkanku: mencuri, menculik, mencopet, berjudi dan melakukan tipu daya.. tetapi semua itu adalah pekerjaan yang biasa tidak terlihat berambisi. Pada suatu hari aku menunggunya di depan pintu penjara dimana dia mendekam di dalamnya  selama 6 bulan karena mencuri sajadah dari sebuah masjid. Aku mengikutinya dan menggodanya: “ aku mengajakmu meninggalkan semua pekerjaan kekanak-kanakan ini wahai Afif, dengarkan aku baik-baik”. Aku melihatnya mendengarkanku dengan seksama mengikuti bisikan-bisikanku kepadanya seyogyanya orang yang terbuai cinta dan kerinduan: “ Jika kamu menginginkan untuk sampai pada apa yang kamu inginkan maka kamu harus melakukan apa yang aku inginkan”. Maka dia bertanya padaku dengan rasa penasaran: “ Apa yang kau inginkan untuk aku lakukan sekarang?” Maka aku menjawabnya: “ Mulailah dengan perdagangan rokok selundupan”. Dia kembali bertanya kepadaku dengan sikap tolol: ” Dari mana aku mendapatkan uang? ”. Sepontan aku tertawa dengan nada mengejek karena kebodohan tingkahnya: “ Hai orang dungu! Perhiasan-perhiasan saudara perempuanmu yang sudah bersuami menantimu, dan kamu mengetahui tempat dimana saat dia mandi atau dia pergi untuk berkerja..! dengan cepat aku menumpahkan ide padanya, pada malam hari, harga perhiasan-perhiasan di kantongnya dan tidak berarti meninggalkan saudara perempuanmu padaku yang memperoleh tetapi aku akan menyempurnakan untukmu kisah pemilik istana ini hingga akhirnya kamu mengetahui kira-kira apa yang menarik kepatuhannya padaku.. maka dari uang yang biasa mereka sebut berangkat dari haram..Awalnya bagian buah ceri..kepada kotak maka berkotak-kotak pada peti-peti muatan kecil maka menimpa dan tertimpah. Dan ketika gudangnya menjadi sempit dengan harta aku menasihatinya dengan kejujuran iblis, dan aku berkata: “ Wahai Afif kamu harus meningkatkan keadaan dengan berdagang yang keuntungannya lebih tinggi dan lebih cepat. Seperti menenggelamkan diri dalam perdaganggan yang dilarang dengan cara mengurangi timbangan dan memahalkan harganya. “ ketika tiba-tiba dia membaca sebuah surat kabar aktual bahwasanya seorang pemuda pecandu mati dan mereka menuduh dan menerka-nerka pembunuhnya adalah para pedagang obat bius..aku cepat-cepat berbisik padanya: “ janganlah kamu bimbang dengan berita ini, itu adalah berita yang dibuat-buat dan mereka seharusnya berterima kasih padamu karena dengan obat bius itu kamu telah memberikan petunjuk pada mereka, kamu telah membuat mereka lupa akan penderitaannya dan membawa mereka pada dunia mimpi dan bintang-gumintang. seseorang tidak mati kecuali pada waktunya dan ini sudah menjadi takdirnya..dan kamu bukanlah satu-satunya penghimpun obat bius”. Maka dia menjadi tenang dengan penjelasan ini dan kemudia dia melupakan semua ketololan perasaannya. Kedinginannya saat berdagang obat bius sangat membuatku terheran-heran. Dia berdagangan dengan menggunakan mata uang yang sulit namun dia dapat menyedot Yuro, Yen dan Dolar. Dia menangani perdagangan sampai ke negara-negara tujuan dengan aman. Setelah uang-uang di tangannya hilang dan berubah menjadi buku-buku neraca, cek-cek, kartu-kartu kredit, saham-saham dan obligasi.. aku berbisik di telinganya: “Wahai Afif”. Di depan wajahku seolah berteriak untuk pertama kalinya larangan: “Afif  Bik jika kamu berkenan!


Afif, sudah saatnya bagimu untuk melakukan pencucian uang, sebagaimana orang-orang  bermulut besar sering katakan dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik sebagaimana para penguasa. “.Maka dia bertanya kepadaku:” Apa pendapatmu tentang kantor ekspor impor?!” Aku menjawabnya tanpa berpikir: “ini pendapat  dan rencana yang bagus”. Afif beralih menjadi pedagang internasional dia mengkreditkan seribu kreditor dan dia berpindah bagaikan lalat yang cekatan antara Malaysia, Cina, Korea dan Taiwan..dia juga adalah penarik limbah terbanyak untuk negara ….. Maka aku meninggalkannya selama beberapa tahun setelah dia mapan dengan pekerjaannya yang aku perbolehkan untuk dia lakukan. Tetapi suatu saat ketika aku mengunjunginya, aku melihat sekilas neraka hasad di kedua matanya dan ketika aku bertanya kepadanya tentang sebabnya, dia menjawab: “ Apakah kamu heran orang berdesak-desakan di mobil arakanku, bertanggung jawab untuk menghilangkan problem-problem hidup mereka dan mobil-mobil mengikutinya dan banyak laki-laki, anak-anak dan nyonya-nyonya melambai padanya dia tidak memiliki keluarga mereka mengangkatnya sebagai raja dan berharap memperoleh izinku tapi dia belum mendapatkannya.” Maka aku berbaik hati mau bertaruh dengannya dan aku berkata padanya: “ kau memiliki hak sudah tiba saatnya supaya kamu bertahan dg menjadi seorang raja dengan kedudukan dan kekuasaan dan selama kamu memiliki kekayaan ini maka tidak akan ada yang bisa menghentikanmu”. Dia berterima kasih atas nasihatku dan menggenggamku dengan genggaman yang penuh cinta. Dia mencalonkan dirinya untuk pertama kali di dewan dan aku menunjukkannya bagaimana cara menipu orang-orang. Maka dia memulai dengan membantu orang-orang yang teraniaya..penggiat bagi orang-orang tertimpa musibah..tertampar pipinya untuk para pengangguran..menyobek-nyobek bajunya untuk orang-orang terusir..pembebas kaum miskin..penyeru untuk menolong agama.. Penghimpun khabar-kabar tentang Palestina..pemilu berakhir dia melahap perolehan suara paling tinggi..dan beginilah dia sekarang sebagaimana yang kamu  lihat sedang merayakan kemenangan agungnya di istananya.
Setan terdiam dan air matanya mengalir terus menerus dari mata pendustanya dan ekornya digoyangkan membengkok karena susah dan marah. Abdullah mengumpulkan beberapa keberaniannya dengan segenap tenaga dan berkata dengan terbata-bata:
-Kamu salah wahai tuan setan..Harusnya kamu sekarang bahagia karena keinginanmu telah tercapai, jangan bersedih.
Setan menampar wajahnya dan meninggikan kedua tanduknya dan berteriak:
Bahagia..?!..Apakah kamu tidak melihat apa yang ditulis malaikat Nakir  di atas pintu istana?!..lihatlah apa yang dia tulis..(Hadza min fadhli Rabbi) kemudian setan hendak menangis dan dan Abdullah mengikutinya dengan tertampar dan lemas.

DIALOG ANTARA TUAN DAN HAMBA
Langkah-langkahmu sembrono pelayan..berhati-hatilah agar tidak tergelincir dan menghancurkan piring-piring kristal dan merusak makanan-makanan dan permadani-permadaniku. 
-Hamba mohon maaf yang mulia..Saya berjanji pada anda akan menjadi pelayan yang setia untuk melayani anda.
-Tuangkan ini pelayan.
-Baik yang mulia.
-Kedua tanganmu gemetar  pelayan..hati-hatilah agar tidak mengotori makanan dan taplak meja.
-Setiap makhluk gemetar di depan kemulyaan yang mulia.
-Aku memanggilmu 2 kali ketika aku bangun tidur, apakah kau tak mendengarku?
-Hamba berada di dapur sedang menyalakan kompor yang mulia.
-Tidak, tidak pendengaranmulah yang telah lemah pelayan.
-Ya, yang mulia hamba akan lebih mendengarkan perintah-perintah anda.
-Wajahmu pucat seperti wajahnya mayat pelayan.
-Wajah hamba pucat karena sangat takut pada anda yang mulia.
-Tadi malam batukmu membuatku gelisah sepanjang malam.
-Anda benar yang mulia, dada saya sesak karena menghemat tambahan udara bersih untukmu.
-Ayo ambil sisa-sisa makanan dan pergilah..tunggu..mungkin kamu bisa memakannya.
-Terima kasih yang mulia..
-Berhenti!
-Apakah ada perintah yang mulia?
-Kesetiaanmu belum membatku ridho wahai pelayan.
-Seandainya hamba bisa lebih setia, namun dada hamba telah kering sepanjang  setia pada anda yang mulia.
-Umurmu sekarang 74 tahun pelayan.
-Tidak, tetapi 75 tahun yang mulia.
-Bagaimana itu?
-Keluarga hamba telah menjanjikan hamba untuk melayani anda sejak hamba berupa janin di perut ibu hamba yang mulia.
-Pergilah
-Baik yang mulia.
-Berhentilah, jangan menyuguhkan makanan padaku lagi setelah ini.
-Kenapa yang mulia?
-Aku telah dihadiyai pelayan kecil, ucapkanlah mabruk!
-Mabruk yang mulia.
-Pada pagi hari berikutnya, pelayan kecil berbisik di telinga tuannya memberi kabar padanya bahwa ada pelayan yang tubuhnya kedinginan. Maka si tuan bertanya sambil menyeruput kopi paginya.
-Apakah ada tanda-tanda kerelaan dan penerimaan tergambar pada wajahnya atau tanda-tanda kemarahan dan kesedihan?
-Tanda-tanda kemarahan dan kesedihan yang mulia.
-Terkutuklah orang-orang miskin yang kurang bisa menepati janji-janji mereka.


MOBIL TATA KRAMA
Pameran mobil menyilaukan akal dengan cahayanya dan menjadikan kerongkongan tersedak dengan sinarnya. Dua orang guru yang duduk bersama menghentikan pembicaraan mereka tentang mata pencarian, berbagai macam penyakit dan para pemimpin yang berusaha melupakan mereka yang sakit dan mati. kemudian keduanya bersandar pada dua tongkat mereka. Keduanya bersama orang-orang bingung bersemangat memandang mobil-mobil yang bersinar. Memecah kedekatan mereka melenyapkan kebingungan dengan saling membanggakan idolanya:
-Jangan membantah, mobil-mobil Amerika adalah yang paling mengagumkan!
-Tetapi mobil-mobil Eropa yang paling menjamur.
- Jepang lebih bagus
-Timur yang paling jelek.
-Aku tidak membeli mobil timur dengan 1000 Lira
-Tapi kamu tidak memiliki 1000 Lira
Orang-oarang yang binggung berteriak sambil tertawa terpingkal-pingkal mengapokkan sampai meneteskan air mata.
Guru pertama menyandarkan tubuhnya setengah lumpuh pada kakinya yang kiri kemudian memberi isarat pada tongkatnya pada nama pemilik pameran “Bisam Syatir” dan bertanya pada temannya yang menunjuk kesakitan pada litut kananya:
-Apa kamu tidak ingat nama ini?!
-Kita berdua ikut serta dalam memberikan suara agar dia dikeluarkan dari sekolah.
-Ini adalah hukuman paling ringan bagi orang yang membongkar lemari soal ujian.
-Tetapi bagaimana dia bisa menghasilkan kekayaan yang melimpah ini?!
Guru pertama menyandarkan tubuhnya setengah lumpuh pada kakinya yang kanan dan menunjukkan sebuah kata-kata bijak yang disandarkan untuk Bisam Syatir di atas tembok di atas mobil yang paling mewah di pamerannya:
“Pemilik Kerajaan Jika memberi maka janganlah bertanya tentang sebabnya
Karena sesungguhnya Allah memberi pada siapa saja yang dikehendakinya maka berhentilah menghukumi tata krama”
Kedua guru terdiam lega















Tidak ada komentar:

Posting Komentar